
Sejarah Museum Salatiga
Kota Salatiga terletak di Propinsi Jawa Tengah, terdiri atas 4 kecamatan yakni Sidorejo, Tingkir, Argomulyo, dan Sidomukti. Memiliki udara yang sejuk dan panorama indah karena letaknya berada di kaki Gunung Merbabu. Keindahannya telah diakui sejak lama, pada masa Hindia Belanda, Salatiga disebut sebagai **De Schoonste Stad van Midden-Java** atau Kota Terindah di Jawa Tengah. Sejak jaman dahulu Salatiga sudah dikenal sebagai daerah peristirahatan, karena berhawa sejuk dengan pemandangan gunung yang menawan sehingga banyak terdapat bangunan kuno cagar budaya di Salatiga sebagai ciri khas daerah yang sejak lama terencana sebagai kota yang nyaman dengan konsep modern.
Terdapat beberapa sumber yang dijadikan dasar asal-usul Salatiga, diantaranya cerita rakyat, legenda, prasasti, maupun penelitian lainnya. Dari beberapa sumber tersebut, Prasasti Plumpungan menjadi sumber literasi Hari Jadi Kota Salatiga.
Prasasti yang tertulis pada batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter ditemukan di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan. Prasasti Plumpungan ditulis dengan menggunakan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta. Tulisannya ditata dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya. Sejarawan sekaligus ahli Epigraf Dr. J. G. de Casparis mengalihaksarakan tulisan tersebut secara lengkap yang selanjutnya disempurnakan oleh Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka.
Kota Salatiga terletak di Propinsi Jawa Tengah, terdiri atas 4 kecamatan yakni Sidorejo, Tingkir, Argomulyo, dan Sidomukti. Memiliki udara yang sejuk dan panorama indah karena letaknya berada di kaki Gunung Merbabu. Keindahannya telah diakui sejak lama, pada masa Hindia Belanda, Salatiga disebut sebagai **De Schoonste Stad van Midden-Java** atau Kota Terindah di Jawa Tengah. Sejak jaman dahulu Salatiga sudah dikenal sebagai daerah peristirahatan, karena berhawa sejuk dengan pemandangan gunung yang menawan sehingga banyak terdapat bangunan kuno cagar budaya di Salatiga sebagai ciri khas daerah yang sejak lama terencana sebagai kota yang nyaman dengan konsep modern.
Terdapat beberapa sumber yang dijadikan dasar asal-usul Salatiga, diantaranya cerita rakyat, legenda, prasasti, maupun penelitian lainnya. Dari beberapa sumber tersebut, Prasasti Plumpungan menjadi sumber literasi Hari Jadi Kota Salatiga.
Prasasti yang tertulis pada batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter ditemukan di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan. Prasasti Plumpungan ditulis dengan menggunakan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta. Tulisannya ditata dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya. Sejarawan sekaligus ahli Epigraf Dr. J. G. de Casparis mengalihaksarakan tulisan tersebut secara lengkap yang selanjutnya disempurnakan oleh Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka.
Terdapat beberapa sumber yang dijadikan dasar asal-usul Salatiga, diantaranya cerita rakyat, legenda, prasasti, maupun penelitian lainnya. Dari beberapa sumber tersebut, Prasasti Plumpungan menjadi sumber literasi Hari Jadi Kota Salatiga.. Karena diprasasti plumpungan terserat angka penanggalan yang dijadikan sebagai hari jadi salatiga.
↓